Minggu, 06 Januari 2013

Faktor Density Independency dan Pola Rekrutmen dalam Biologi Perikanan

I. faktor density independent

faktor density independent adalah setiap faktor pembatas populasi yang efeknya tidak tergantung pada jumlah individu dalam populasi. Faktor abiotik biasanya dan termasuk  peristiwa cuaca. peristiwa cuaca yang membatasi populasi termasuk kekeringan atau banjir, panas atau dingin yang ekstrim, tornado, badai dan gempa bumi, yang akan membunuh semua anggota populasi terlepas dari apakah populasi kecil atau besar.

II. Rekrutmen
Rekrutmen merupakan penambahan individu dalam suatu populasi. Rekrutmen bersifat positif atau menambah jumlah stok. Rekrutmen akan menambah jumlah dan biomassa suatu populasi.
Rekrutmen berasal dari kelahiran (natalitas). Rekrutmen juga dimungkinkan dengan datangnya atau masuknya individu sejenis yang berasal dari daerah lain, misalnya pada ikan–ikan peruaya. Secara buatan (campur tangan manusia), rekrutmen dilakukan dengan penebaran benih ke suatu daerah perairan (restocking) yang telah mengalami kekurangan stok suatu jenis ikan.
III. Faktor Kepadatan Kematian Independen
Kepadatan faktor independen menentukan perubahan populasi dan set panggung
keberadaan populasi.
Faktor kepadatan bergantung terutama bertanggung jawab untuk mengatur
populasi sekitar tingkat rata-rata kelimpahan.


IV. Faktor abiotik meliputi hal-hal seperti Suhu,
Kelembaban, curah hujan, pH tanah, dll
A. Umum efek cuaca pada populasi meliputi:
1. Serangga diledakkan ke puncak gunung salju tertutup;
2. Hujan lebat yang mengurangi populasi serangga;
3. Angin yang membawa serangga bermigrasi ke laut, dan
4. Peningkatan kelembaban yang menghasilkan kondisi yang cocok untuk
Epizootics dalam populasi.


http://nature.berkeley.edu/biocon/BC%20Class%20Notes/94-97%20%20Mort%20Factors.pdf 


Rabu, 26 Desember 2012

Pola natalitas


PENGARUH FOTOPERIOD TERHADAP POLA PEMIJAHAN IKAN PELANGI KURUMOI (Melanotaenia parva)

Ikan Pelangi Kurumoi (Melanotaenia parva) merupakan ikan hias air tawar asli Indonesia yang memiliki warna indah seperti pelangi sehingga memiliki nilai estetis dan nilai ekonomis yang tinggi (Nur, et al., 2009). Ikan ini memilki ukuran panjang maksimum  9-10 cm, Ikan Pelangi Kurumoi ini hanya ditemukan di Danau Kurumoi, Papua.
 
Induk betina biasanya hanya mampu memijah sekali dalam sehari, sedangkan induk jantan biasanya mampu memijah lebih dari satu kali dengan induk betina yang berbeda (Tappin, 2010) . Fotoperiod dan suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pola reproduksi. Kedua faktor ini tidak saling berdiri sendiri akan tetapi saling mempengaruhi pola reproduksi suatu organisme. Perlakuan fotoperiod yang dilakukan adalah sebagai berikut: (A) 15 jam terang, dan 9 jam gelap; (B) 12 jam terang, dan 12 jam gelap; (C) 9 jam terang, dan 15 jam gelap. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hewan uji yang digunakan adalah Ikan Pelangi Kurumoi (Melanotaenia parva) turunan pertama (F1). Sebelum digunakan dalam penelitian, ikan-ikan ini dipelihara terlebih dahulu di bak beton. Pengaturan pencahayaan pada perlakuan fotoperiod dilakukan dengan menggunakan lampu neon berdaya 10 Watt yang ditempatkan ± 10 cm diatas tiap-tiap akuarium. Sebagai media penempelan telur digunakan tali rafia yang telah diurai dan diberi pemberat dibagian.
Perhitungan jumlah telur dilakukan pada rafia yang terdapat telur yang tidak terbuahi, setelah dihitung maka tali rafia diletakkan di baskom untuk diinkubasi telurnya. Warna telur yang terbuahi berwarna bening sedangkan yang tidak terbuahi berwarna putih susu. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan penjumlahan dari telur infertil, telur yang gagal menetas, dan larva yang menetas. Nilai derajat pembuahannya (%FR) dihitung dengan rumus:

FR = (Jumlah telur terbuahi/Jumlah telur total) x 100%

Setelah telur menetas maka setiap hari menghitung jumlah telur yang menetas dan dihitung lama waktu inkubasinya. Kemudian dihitung nilai derajat penetasan (%HR) menggunakan rumus:
HR =  (Jumlah larva menetas/Jumlah telur terbuahi) x 100%

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh perlakuan fotoperiod, yaitu (A) fotoperiod 15 jam terang, 9 jam gelap; (B) 12 jam terang, 12 jam gelap; dan (C) 9 jam terang, 15 jam gelap terhadap pola pemijahan ikan Pelangi Kurumoi (Melanotaenia parva) yang dipelihara pada suhu ruang didapatkan hasil:
Tabel 3. Hasil perlakuan terhadap pola pemijahan ikan Pelangi Kurumoi
Parameter
                                 Perlakuan
   A
   B
   C
Jumlah Pemijahan (kali)
11.0a
± 1.0
15.7b
± 0.6
12.3a
± 1.5
Jumlah Telur yang Dihasilkan (butir)
1,501a
± 36.58
2,482b
± 33.98
1,192a
± 33.98
Rata-rata Telur yang dihasilkan
137b
± 6.59
159b
± 13.16
97a
± 7.56
Derajat Pembuahan (% FR)
98.5a
± 1.76
99.5a
± 0.46
99.1a
± 0.68
* Nilai dalam baris yang diikuti dengan huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)


Hasil jumlah pemijahan 
 
jumlah pemijahan yang lebih banyak pada perlakuan fotoperiod 12 jam terang, dan 12 jam gelap pada suhu  ruang. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan fotoperiod 12 jam terang dan 12 jam gelap pada suhu ruang mampu membuat ikan Pelangi Kurumoi memijah lebih banyak dibandingkan dengan kombinasi fotoperiod yang lain
Rata-Rata Telur yang Dihasilkan
terlihat ikan Pelangi (Melanotaenia boesmani) memilki jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak pada perlakuan fotoperiod 12 jam terang,dan 12 jam gelap pada suhu ruang, yaitu sebanyak 2-240 butir.
Derajat Pembuahan
Kesimpulan
Jumlah pemijahan, jumlah total telur dan jumlah telur rata-rata menunjukkan bahwa kombinasi fotoperiod 12 jam terang dan 12 jam gelap merupakan perlakuan terbaik.

sumber:
http://www.aquaculture-mai.org/index.php?option=com_content&view=article&id=222%3Apengaruh-fotoperiod-terhadap-pola-pemijahan-ikan-pelangi-kurumoi-melanotaenia-parva-&catid=1%3Alatest-news&Itemid=1